BeritaCatatan Perjalanan TebingDewan Pengurus XXXIVHeadline

Best Experience Rock Climbing Citatah 125 With Skygers Indonesia

Ditulis oleh : M. Bilghi Arroyan ( xPLW 003 AS ) 

Saat pertengahan September, saya mendapatkan tawaran untuk mengikuti sekolah panjat tebing di sebuah instansi bernama Skygers oleh ketua dewan pengurus Palawa Unpad, Kang Pandya. Ketika mendapatkan tawaran tersebut, saya awalnya merasa tidak pantas karena kemampuan saya sendiri sangat kurang dalam hal memanjat tebing. Namun setelah sekian lama merenungkan pilihan, saya akhirnya mengambil tawaran tersebut.

Ketika saya mengikuti sekolah tersebut, saya masih merasa asing ketika berada di lingkungan sosial yang sangat baru bagi saya , meskipun tempatnya pernah saya datangi. Di masa awal saya mengikuti sekolah panjat tebing, saya merasa takut pada panjat tebing itu sendiri, ditambah saya mendapatkan kelompok yang sama sekali asing bagi saya. Akhirnya saya pun mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial baru tersebut.

Rabu, 27 September 2023

Saya dan salah satu rekan saya Teh Nada namanya, masih berada di sekretariat Palawa Unpad di malam hari sebelum pembukaan sekolah memanjat tebing Skygers batch 32. Di malam itu, kami memastikan semua peralatan panjat tebing dan perlengkapan lainnya sudah siap untuk dibawa. Setelah semua selesai, seluruh anggota aktif yang ada di sekretariat kemudian berkumpul di lapang parkiran untuk melakukan pelepasan kami selaku delegasi Palawa. 

Perjalanan diawali dengan membeli selembar materai sebagai pelengkap administrasi. Setelah itu, kami kemudian menuju stasiun pengisian bensin dan memenuhi kebutuhan bahan bakar. Perjalanan pun dilanjutkan hingga waktu pergantian hari. Kami sampai di kaki gunung Pabeasan (Citatah 125) lalu mencari panitia yang bertugas mengurus registrasi. Namun karena malam sudah larut, akhirnya kami diantar ke tenda kosong dan kemudian beristirahat. Karena perjalanan cukup melelahkan, kami akhirnya tidur tanpa melakukan persiapan apa pun.

Kamis, 28 September 2023

Kami bangun pukul 05.30 WIB pagi di saat matahari sudah mulai memancarkan sinarnya. Aktivitas yang pertama kali kami lakukan adalah pergi menuju meja registrasi. Kami pun menemui Teh Al (senior kami di Palawa) yang mengurusi registrasi. Setelah selesai, kami kemudian diberi lembar pre-test dan mengisinya di dalam tenda. Kami melewatkan agenda senam pagi demi mengisi penuh lembar soal tersebut. Tak lama setelah pre-test terisi, Teh Eci (senior kami juga di Palawa) datang mengantarkan sarapan yang kemudian kami makan dengan nikmat. Setelah semua urusan yang dilakukan di tenda dan di meja registrasi selesai, kami mengganti setelan pakaian dan bergegas menuju kelas pertama di sekolah tersebut dengan menggunakan peralatan panjat dan membawa perlengkapan lainnya.

Pada kelas pertama, kami mendapatkan materi teknik dan taktik pemanjatan, pemasangan pengaman pada tebing, peralatan panjat, dan cara menggunakan peralatan tersebut. Setelah materi, kami kemudian dibagi kelompok berdasarkan pre-test yang telah diisi. Saya masuk ke dalam kelompok 4 bersama Arul (anggota SAR Unpad) dan Yana (warga lokal Citatah) dengan instruktur yang bernama Pak Rana dan asisten yang bernama Kang Andri. Kami pun kemudian mulai mempraktekkan bagaimana caranya memasang pengaman. Kami melakukan praktek dari sisi tebing kanan sampai ke sisi sebaliknya dari pagi hari sampai memasuki waktu makan siang. Kegiatan dihentikan sejenak untuk mendapatkan makan siang. Ketika makan siang, kami sesama peserta sekolah akhirnya berkumpul dalam forum santai hingga mengenal beberapa peserta lainnya. Selain itu, ternyata panitia juga menyediakan stan kopi tanpa memungut biaya sepeser pun.

Setelah selesai istirahat makan siang, kami kemudian melanjutkan praktek sebelumnya. Namun kali ini kami mulai memasang pengaman sambil memanjat tebing dengan badan tertambat di safety line. Yana yang merupakan bagian dari kelompok saya sampai memasang pengaman sisip paling tinggi di antara kami karena banyaknya yang ingin mencoba memasang pengaman tersebut sambil memanjat yang akhirnya membuat ia tergeser sampai atas. Setelah waktu praktek sudah habis, seluruh peserta yang menggantung pada tebing akhirnya turun dengan cara rappeling. Kami pun berkumpul kembali untuk melanjutkan kelas sore dengan materi simpul dan jerat (knot and hitch). Pada saat materi tersebut, banyak peserta yang terlihat mengantuk karena di saat mereka sedang asyik-asyiknya memanjat, instruktur mengajak untuk materi kelas.

Kelas pun selesai pada pukul 17.00 WIB dan kami memasuki waktu istirahat hingga malam hari. Dalam sesi istirahat itulah kami mulai saling berkenalan sembari ditemani kopi dan rokok. Ketika masuk waktu makan malam pun kami duduk melingkar dan saling menatap satu sama lain, tanda penasaran pada sosok di luar diri kita. Di saat itu pun, saya menemukan orang vegetarian dalam angkatan saya di sekolah tersebut. Kami banyak mengobrol seputar vegetarian dan teori konspirasi.

Setelah waktu istirahat telah habis, kami kembali berkumpul untuk mengikuti talkshow dan sesi ramah-tamah. Pengisi dari rangkaian tersebut adalah komunitas gantole dan “Indonesia Big Wall Expedition” (IBEX). Rangkaian tersebut cukup menarik perhatian karena kedua pengisi tersebut membahas pengalaman di atas ketinggian yang tidak main-main. Setelah selesai, kami kemudian kembali ke kemah namun tidak langsung beristirahat. Seperti biasa kami kembali berkumpul dan mengobrol sampai hampir tengah malam. Hingga saat beberapa peserta kembali ke tenda masing-masing, saya pun bergegas membersihkan badan dan kemudian tidur bersama peserta lainnya yang bernama Zali (Eka Citra UNJ).

Jumat, 29 September 2023

Saya seperti biasa bangun pukul 05.30 WIB yang kemudian bersiap diri untuk beraktivitas. Sebelum memulai aktivitas, panitia memberikan baju kaos baru untuk dipakai hari ini. Aktivitas pertama yang dilakukan pada pagi tersebut adalah senam pagi yang dipimpin oleh Instruktur senam. Kami senam dengan gerakan dan goyangan yang cukup jenaka berkat pembawaannya dari instruktur senam tersebut. Setelah senam, kami kemudian mengambil jatah sarapan dan kembali duduk melingkar bersama peserta lainnya di saung. Kami kemudian kembali menuju kelas untuk mendapatkan materi kembali yaitu penambatan (pitch). Materi saat itu tidak terlalu lama karena kami dituntut untuk lebih banyak praktek. Sebelum memasuki sesi praktek, terdapat pergantian instruktur baru bernama Kang Encung.

Kami kemudian mempraktekkan materi penambatan yang mana seluruh anggota tim harus merasakan menjadi leader, pemanjat kedua, dan cleaner. Kami pun mencoba praktek turun dari tebing dengan dua metode, lowering dan rappelling. Karena hari itu adalah hari Jumat, kami kemudian berhenti untuk melaksanakan salat Jumat (bagi laki-laki muslim). Selepas salat Jumat, kami melanjutkan kembali praktek sampai sore hari. Praktek pun selesai setelah kami sudah merasakan semua peran yang ada dalam pemanjatan.

Kegiatan dilanjutkan dengan istirahat yang sama seperti pada hari sebelumnya. Selepas istirahat, kami kemudian berkumpul untuk melakukan evaluasi materi dari awal yang banyaknya membahas fall factor. Setelah evaluasi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan seminar mengenai kawasan karst Rajamandala. Pada seminar tersebut, terdapat kuis berhadiah. Kebetulan pada saat itu saya dan Teh Nada dapat menjawab kuis tersebut dan mendapatkan hadiah. Teh Nada mendapatkan chalk bag, sedangkan saya mendapatkan baju kaos. Saat seminar selesai, kami memasuki sesi ramah tamah bersama “Pushing Panda” yang dibawakan oleh Kang Dadeng. Dalam ceritanya, dia banyak melakukan kegiatan highlining, berjalan di atas tali yang tertambat di ketinggian. Banyak canda tawa yang dibawakan sehingga rasa kantuk kami hilang. Tak terasa, waktu memasuki jam istirahat dan kami kembali ke kemah kami dan melakukan aktivitas yang sama seperti malam sebelumnya.

Sabtu, 30 September 2023

Kami masih melakukan kegiatan pagi yang sama seperti hari sebelumnya. Saat itu kami tidak mendapatkan kaos baru dan diinstruksikan untuk memakai kaos yang telah dipakai pada hari kamis. Kami kemudian kembali mengikuti kelas yang kali ini memuat materi multi pitch, hanging belay, dan lepas tali. Di hari ini pun kelompok kami mendapatkan pergantian instruktur yang kini bernama Kang Deri yang menemani sampai akhir masa sekolah. Seperti biasa, kami melanjutkan kegiatan dengan melakukan praktek. Saat itu, kelompok saya adalah kelompok yang mencapai pitch tertinggi sampai memasuki gua yang ada di tebing tersebut.

Setelah selesai melakukan praktek materi pagi dan istirahat makan siang, kami kemudian melanjutkan aktivitas praktek ascending, descending, hauling, and lowering. Setelah selesai, kami diberi arahan untuk bersiap-siap melakukan pemanjatan malam. Pemanjatan malam tersebut dilakukan untuk merasakan bagaimana tidur di atas tebing (menggunakan teknik pemanjatan Alpine). Kami kemudian kembali ke kemah dan membawa makan malam lebih awal karena adanya pemanjatan malam tersebut. Setelah makan, saya kemudian mandi dan mengemas barang apa saja yang akan dibawa ke atas tebing.

Ketika semua telah selesai disiapkan, kami kemudian mulai melakukan pemanjatan malam. Saat itu saya mendapatkan bagian tidur di gua, bukan di portaledge, dan memanjat melalui jalur 1. Pemanjatan tersebut adalah pengalaman paling berkesan karena sebelumnya saya merasa ragu untuk memanjat tebing pada malam hari. Tanpa banyak hambatan, saya kemudian mencapai gua dan mulai mencari tempat untuk tidur.

Sesampainya di sana, saya melihat Mang Yana sudah duduk santai dengan Mang Hendri (warga lokal sama seperti yana). Saya pun ikut membaur bersama mereka dan memasak air untuk membuat kopi, kebetulan mang Yana membawa kompor ketika pemanjatan malam. Malam tersebut kami anggap seperti malam sebelumnya, meskipun bedanya kini kami tidur di atas tebing.

Minggu, 1 Oktober 2023

Sebelum saya terbangun dengan mantap, terdapat kejadian yang cukup unik yang terjadi di gua. Alarm yang berbunyi yang berasal dari ponsel saya ternyata bergema hingga keluar tebing yang membuat semua orang yang ada mendengar alarm aneh saya. Semua orang serentak membahas hal tersebut. Tak lama kemudian, kami mendapatkan kiriman sarapan yang diantarkan ke atas gua dan makan di sana bersama. Saat itu, menu makanan seluruhnya sama tanpa ada pembeda dengan Bhapau (vegetarian yang dijelaskan sebelumnya). Karena menunya saat itu nasi goreng, dia tidak terlalu mempermasalahkan menunya.

Ketika sarapan selesai, kami mulai bersiap-siap untuk melanjutkan pemanjatan menuju puncak gunung Pabeasan. Kami menentukan peran, membagi barang bawaan, dan memisahkan barang apa saja yang tidak akan dibawa saat pemanjatan. Kami pun mulai menaiki “chimne”, dua tembok tebing yang saling berdekatan sehingga kami memanjat dengan menggapai kedua sisi tebing tersebut. Ketika saya naik, saya menempatkan diri pada posisi yang salah. Pasalnya tali yang tertambat dan tali instruktur menjepit diri saya hingga kebingungan untuk bergerak. Akhirnya saya sampai ke atas “chimne” dan menuju “Igloo” untuk melanjutkan pemanjatan. Kami pun melanjutkan pemanjatan pada jalur paling kanan yang ujung jalur tersebut adalah puncak gunung Pabeasan. Kelompok yang melalui jalur tersebut hanya kelompok saya (4) dan kelompok Teh Nada (3). Ternyata pada puncaknya, terdapat air galon yang pada saat itu kami habiskan sebagian besar airnya. Sebelum turun, kami kemudian melakukan sesi foto per kelompok. Terdapat hal unik kembali ketika menuruni puncak melewati jalan setapak. Pada saat pemanjatan, saya menggunakan sepatu panjat tanpa membawa sepatu pengganti untuk turun. Namun beruntungnya, saya menemukan sepatu bekas yang ada di jalur kami turun yang kemudian saya pakai sampai bawah.

Sesampainya di bawah, saya datang ke warung untuk jajan air es karena pemanjatan tersebut sangat panas akibat terpaan matahari. Tak lama kemudian, kami diberi lembaran post-test yang kemudian diisi dan dikumpulkan. Sebelum dikumpulkan, masih ada satu materi lagi yaitu rescue dan bolting (memasang hanger dengan bor). Setelah materi itu selesai, kami kemudian mengembalikan barang yang telah dipinjamkan panitia sebelumnya. Penutupan pun dimulai dengan sambutan dari Pak Mamay serta pemberian sertifikat dan cendera mata. Kami pun foto bersama setelah resmi menjadi alumni, meskipun sebelumnya kami sudah sering mengambil foto.

Kami pun kembali ke tenda dan bersiap-siap untuk pulang. Kami pulang menuju sekretariat dengan perasaan gembira mendapatkan relasi sekaligus pengalaman yang berharga. 

Disunting oleh : Errly Aprilina ( xPLW 007 AS )

Bidang Media dan Informasi
Dewan Pengurus XXXIV
PALAWA UNPAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *