Masa Bimbingan Panjat Tebing Gema Antari

Jika sesuai dengan jadwal yang diberikan pada kami ketika sosialisasi masa bimbingan (mabim), operasional panjat tebing jatuh di tengah bulan Ramadhan. Saya masih ingat bayangan saya saat sosialisasi Februari silam, saya mengira akan jadi seperti apa operasional panjat tebing di tengah melakukan ibadah puasa Ramadhan. Memang benar, puasa tak menghalangi aktivitas, namun tetap saja… operasional panjat tebing di bulan Ramadhan belum bisa benar-benar terealisasikan dengan baik dalam bayangan saya.
Rencana tersebut, untungnya, tidak terlaksana. Angkatan Gema Antari pada akhirnya tidak memiliki agenda operasional ada bulan Ramadhan. Operasional mabim panjat tebing dipercepat, dialihkan pada tanggal 4-6 Mei 2018. Meski dipercepat dan itu berarti semua persiapan harus dipercepat, saya merasa sangat senang. Lebih baik sebelum Ramadhan dibanding di tengah bulan Ramadhan.
Tanggal operasional panjat tebing merupakan tanggal krusial bagi saya. Orientasi saya di Prodi Jurnalistik belum usai. Seminggu setelah operasional panjat, saya akan menghadapi malam puncak orientasi, di mana itu berarti tanggal operasional bukanlah tanggal senggang bagi saya.
Jumat, 4 Mei 2018, hari H keberangkatan, saya yang semalam tidur di sekretariat terbangun karena pendengar tiga saudara saya membahas kekurangan logistik. Status saya pada mabim kali ini sebagai Penanggung Jawab (PJ) Logistik. Perbincangan mengenai kekurangan logistik sudah pasti menganggu pikiran saya.
Di tengah perbincangan tentang logistik, saya membuka daftar pesan LINE dan menemukan sebuah kiriman yang membuat saya ingin menghujat. Pesan tersebut berasal dari grup asistensi politik, hukum, kriminal (polhukrim) Orientasi Jurnalistik. Isi pesannya yakni sebuah dokumen yang menyatakan bahwa isu yang telah saya rancang tidak disetujui dan saya harus menggunakan isu teman saya sebagai gantinya.
Saya membaca detail dokumen tersebut sebelum akhirnya mulai menghujat. Baiklah, saya tahu hujatan memang tidak baik, tapi itulah yang mengawali pagi saya hari itu.
Logistik belum lengkap, pergantian isu liputan, aih… ada apa dengan hari itu?
Sabtu, 5 Mei 2017, saya dibangunkan oleh salah satu saudara saya. Sebenarnya saya PJ bangun untuk pagi itu, namun sesuai dengan rencana saat briefing, saya dibangunkan terlebih dahulu sebelum membangunkan anggota lain.
Syukurlah, dramatisasi bangun-membangunkan tak berlangsung lama, berlangsung sewajarnya. Setelah nyawa terkumpul, atau setidaknya sedikit terkumpul, kami melakukan apa yang seharusnya kami lakukan, kami bekerja sesuai jobdesk masing-masing.
Hari pertama materi, jumaring dan artifisial. Jika waktu masih lebih, baru ditambah untuk hauling-lowering. Saya berada di kelompok yang terlebih dahulu mencoba jumaring. Ramai sekali Tebing Citatah 125 hari itu. Banyak tenda berdiri di dekat tebing, terlihat menarik dari ketinggian. Ada pemandangan yang bagi saya terlihat lebih menarik yakni calon anggota AMP sedang berada di tengah diklat. Banyak juga calon anggotanya, ramai. Dari tengah tebing fokus saya sering kali terpecah dan sekali-kali melirik diklat mereka.
Operasional pertama kami, arung jeram, juga ramai. Dari tiga operasional, sepertinya yang paling syahdu dan terasa privacy adalah caving. Kami tak menemui penelusur gua lain saat operasional caving. Sejujurnya, bagi saya, ramai memang terlihat seru, tapi itu membuat saya sedikit terganggu. Mungkin banyak juga yang berpikiran seperti saya. Entahlah.
Saat hendak melaksanakan artifisial, ada sedikit hambatan, kami tidak mendapat tempat yang memungkinkan untuk naik, area dipenuhi peserta diklat AMP. Kami menunggu beberapa saat hingga situasinya memungkinkan, barulah kami naik. Baguslah, kami mendapat tempat tanpa menunggu lama. Semakin lama menunggu akan membuat kami semakin lama selesai.
Citatah 125 punya banyak cerita menarik untuk saya hari itu. Melihat orang lain dari tebing ternyata bisa jadi kegembiraan tersendiri.
Di tengah melakukan artifisal, ada satu hal yang menganggu. Saya merasa bahwa saya ingin buang air. Haha, lucu sekali. Keinginan itu tak seharusnya saya rasakan saat di tengah tebing. Baguslah, semua masih terkontrol. Aman. Setelah artifisial selesai, saya langsung meminta izin untuk ke toilet. Ah, dasar.

Seiring berjalannya waktu, evaluasi dan briefing malam kedua selesai. Pergerakan selanjutnya yakni istirahat. Saya tidak langsung tidur, saya sempatkan sedikit mengecek grup angkatan Jurnalistik, kali-kali ada informasi penting yang perlu saya ketahui. Grup sangat ramai dan langsung membuat gawai saya jadi lambat. Seketika saya ingin operasional ini tidak memiliki akses sinyal internet
Setelah saya baca sekilas, mereka membahas logistik angkatan. Setelah saya lihat daftar logistik tersebut… sungguh, sangat ingin berkata kasar. Banyak sekali. Tapi ya sudahlah, saya akan fokuskan diri untuk operasional terlebih dahulu. Biarlah mereka yang mengurus, saya mengurus isu saja belun sanggup.
Sebelum saya benar-benar berkata kasar… ah, bukan, saya sudah berkata kasar saat itu. Maksud saya, sebelum kata-kata saya makin kasar, saya matikan data selular gawai saya dan memfokuskan diri untuk istirahat. Tubuh saya butuh tidur.
Minggu. 6 Mei 2017, saya bangun dan merasakan bahwa udara pagi itu tak sedingin pagi sebelumnya. Baguslah. Sebelumnya dingin sekali.
Hari kedua, materi demi materi berjalan. Saat semua selesai, rasanya benar-benar ingin cepat pulang. Saya tidak tahu tepatnya karena apa, namun yang saya sadari adalah saya banyak pikiran saat itu. Rasanya ingin segera tidur di kasur dan menyelesaikan satu per satu hal yang perlu saya selesaikan, khususnya yang berhubungan dengan malam puncak orientasi minggu depan.
Citatah 125 membuat saya melupakan sejenak isu polhukrim yang membuat saya pusing berbulan-bulan, yang membuat saya mengeluh tidak karuan karena selalu gagal mendapat acc. Terima kasih Citatah 125, setidaknya saya bisa sejenak tidak peduli dengan isu-isu aktual yang terjadi. Terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu terlaksananya operasional mabim panjat tebing ini. Semoga operasional selanjutnya lebih menyenangkan. Semangat!
Oleh: xPLW 002 GA – Nursyifa Afati Muftizasari