CatatanCatatan Perjalanan GuaHeadline

Masa Bimbingan Susur Gua Angkatan Gema Antari

Pengalaman yang sangat luar biasa untuk saya karena saya bisa belajar untuk tetap tidak panik dan percaya pada alat bahwa saya akan selamat.

Fikri,Akmal,Syifa,Yunisa dan Angga yang sedang istirahat

Perjalanan menjadi seorang PALAWA masih sangat panjang. Angkatan Gema Antari baru saja melewati satu rangkaian mabim yaitu arung jeram. Rangkaian mabim selanjutnya adalah caving atau susur gua.

Masa bimbingan kali ini sayangnya tidak semua ikut karena berbagai macam alasan. Pramesti, Rinaldi dan Rizky kali ini tidak hadir. Oleh karena itu kita hanya bersepuluh karena ditambah dengan Umar dari angkatan Sada Adhigana.

Caving ini berlokasi di Gua Cukang Lemah dan Gua Batu Badak yang berada di Desa Wakap, Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya. Masa bimbingan ini dilakukan selama 3 hari yaitu 13-15 April 2018.

Perjalanan kita seperti biasa dari sekre menuju dangdeur. Lalu dari dangdeur menuju indihiang. Di indihiang ini kita menginap di rumah kang Eris dari angkatan Saba Halimun. Tapi kebetulan beliau sedang keluar kota dan kita disambut oleh keponakannya.

Akhirnya pukul 07.00 kurang kita mendapatkan transportasi elf untuk menuju desa wakap pulang pergi. Konsumsi pun sudah kita dapatkan. Awalnya kita akan makan di rumah kang Eris tetapi melihat waktu sudah ngaret akhirnya kita memakan konsumsi di perjalanan.

Perjalanan menuju Desa Wakap cukup lama juga sampai kita bisa tidur dahulu. Saat kita telah tiba di lokasi, tidak lupa meminta izin RT setempat agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya.

Saat kita tiba di basecamp, kita sudah dibagi tugas oleh Faiq, saya kebagian untuk menyiapkan alat. Kita tidak ada kendala saat penyiapan alat, semua aman.  Lalu tim pembuat camp mengalami masalah. Tali raffia yang dibeli Syifa tidak terpacking dan akhirnya harus mengambil raffia yang dipakai untuk packing sepatu boots dan peluit yang kita bawa.

Di hari pertama saya tergabung di grup yang beranggotakan Akmal, Angga, Nursyifa dan Prasellia dan dibimbing oleh kang Petrus dan teh Anisa. Grup ini harus mencoba gua vertikal terlebih dahulu dengan Angga sebagai Rigging man,  Akmal sebagai asisten rigging, Nuryifa dan Prasellia sebagai logistik dan saya sebagai cleaner.

Angga dan Akmal sempat kebingungan untuk membuat main anchor, itulah yang membuat kita menjadi lambat. Setelah menemukan main anchor Angga turun terlebih dahulu, dilanjut oleh kang Petrus lalu Akmal yang membawa padding matras agar tidak terjadi friksi di pitch 2. Dilanjut oleh Prasellia dan Nursyifa lalu saya dan teh Anisa terakhir. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk turun bagi teh Anisa dibandingkan dengan peserta mabim.

Setelah semua turun kita istirahat terlebih dahulu, memakan snack siang dan mengambil dokumentasi. Setelah semua beres kita explore gua batu badak ini. Kesan pertama masuk gua itu sempit, bau tapi terdapat keindahan yang luar biasa. Jalan, jonkok, merangkak transfer barang harus kita lakukan untuk menyusuri gua ini.

Explore gua telah selesai, hari sudah mulai gelap di luar, kita harus segera naik. Teh Anisa yang naik pertama tidak ada masalah. Lalu Akmal yang kedua naik juga tidak mengalami trouble. Saat tiba giliran Prasell dia mengalami trouble karena dia tidak bisa naik ke pitch 2 di intermediate. Akhirnya dia harus menggantung diatas selama 1 setengah jam. Saya yang menungu dibawah juga mulai khawatir karena dia sudah mulai kelelahan juga.

Datanglah kang Yandi untuk merescue Prasell. Kang Yandi membuat lintasan baru untuk memindahkan beban Prasell dan akhirnya bisa terselamatkan. Dilanjut oleh Syifa dan Angga karena sekarang lintasannya sudah ada 2 dan sudah diperbaiki oleh kang Yandi agar tidak ada trouble lagi.

Saya sebagai cleaner menunggu Syifa yang belum sampai atas sedangkan kang Petrus sudah mulai cleaning tali yang dibuat oleh Angga. Tiba giliran saya untuk cleaning tali yang dibuat oleh kang Yandi. Awalnya tidak ada pertanda akan ada masalah, sampai dipertengahan footloop saya rusak dan lepas, tetapi masih bisa digunakan.

Diakhir menuju pitch 2 saya yang sudah merasa lega bisa sampai ke atas harus dipaksa turun lagi karena main anchornya jebol. Tetapi, masih ada backup dan backup itu pun sudah kronis kata kang Yandi. Saya disitu hanya bisa berdoa dan berusaha sekuat tenaga lagi karena kondisi saya yang sudah mulai capek juga.

Meninkmati kesunyian Gua

Akhirnya saya bisa naik keatas dengan bimbingan kang Yandi dan teh Farah. Diatas sudah ada saudara-saudara saya yang menunggu saya. Lalu kita membereskan semua alat dan kembali ke camp.

Esok harinya grup kita mencoba gua yang vertikal yaitu gua cukang lemah. Di gua itu kita turun menggunakan tali karena jalannya yang sangat terjal. Kita akan mencoba untuk memetakan gua cukang lemah ini. Metode yang kita gunakan adalah bottom to top. Jadi kita menyusuri gua sampai unexplore dan mulai memetakan gua dari unexplore sampai mulut gua.

Setelah kita susur gua sampai unexplore lalu kita diberi peran masing masing, saya sebagai shooter, Angga sebagai stasioner, Syifa sebagai sketcher, Akmal sebagai descriptor dan Prasell sebagai leader.

Semua peran kita mainkan, setiap lima atau tiga stasioner kita tukar peran. Tetapi karena melihat waktu sudah mau sore, kita tidak sampai mulut gua memetakannya.

Lalu kita naik ke atas untuk packing alat dan siap-siap pulang karena tim vertikal belum naik sampai maghrib. Kita akhirnya pulang dan tiba di sekre dini hari.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *