Manalusu Tuk Beranjak dari Masa Lalu
Oleh : Teressa Deviani Pramana
Selasa, 24 Oktober 2020 Pantai Manalusu menjadi titik awal kegiatan masa bimbingan susur pantai
dimulai, setelah usai mendirikan tempat camp kami briefing untuk persiapan kegiatan di pagi hari dengan berjalan menuju titik flying camp dan kemudian melakukan teknik penyebrangan basah.
Sebelum melakukan penyebrangan basah kami membuat pelampung dengan membungkus carrier menggunakan matras, lalu dimasukkan kedalam plastik ikan dan terakhir dilapisi ponco yang diikat webbing. Lalu masing-masing dari kami secara bergantian menyebrangi muara dengan pelampung di badan yang sudah terikat dengan beberapa webbing yang disatukan sebagai tali untuk di belay. Usai melakukan penyebrangan basah, kami melanjutkan berjalan dan kemudian berhenti untuk istirahat, shalat dan makan. Perjalanan hari itu diiringi deburan ombak yang seakan menyemangati perjalanan kami, langit mendung itu tetap diiringi burung-burung yang berterbangan. Terlalu menyenangkan tak terasa sudah berjalan jauh
dalam waktu yang lama, hingga tak menyadari kaki saya lecet. Kami berjalan hingga sampai maghrib
kami berhenti untuk mendirikan tempat camp dan persiapan makan malam. Perjalanan kami terus
dibasahi derasnya hujan, hingga pada saat masak Saya, Chania, Ina, Fadiyah, dan Eci harus masak dengan baju yang basah, sudah seperti ketika diklat. Bersamaan dengan kami yang memasak, yang lain berusaha untuk mendirikan tempat camp, hari itu sepertinya semua memang kelelahan hingga yang biasanya bisa mendirikan tenda dengan cepat, hari itu menjadi begitu lama. Dan untungnya, lelah itu terbayarkan oleh sajian makan malam yang terasa begitu enak. Agenda hari itu diakhiri dengan evaluasi dan briefing untuk hari esok.
Minggu, 25 Oktober 2020 kami telat memulai kegiatan hari itu dikarenakan hujan yang sangat
deras dan flysheet kami pun hampir roboh, jadi pada pukul 03.00 saya dan Eci terbangun karena baju kami semua basah tetapi yang lain tetap tertidur lelap, ketika hujan mulai mereda kami bersiap untuk memasak sarapan, lagi-lagi ketika sedang asik memasak hujanpun kembali mengguyur kami. Beberapa masak, dan beberapa lagi membereskan alat-alat, Setelah semua selesai kami packing carrier masing-masing. Dan ketika selesai packing, saudaraku Ina menghampiriku dengan mengatakan bahwa tadi terasa gempa, saya yang tidak merasa apapun tetap merasa panik karena kami sedang berada di daerah pantai. Kami melanjutkan perjalanan menuju titik finish, di hari kedua itu perjalanan yang kami lalui benar-benar menegangkan, cemas karena sudah terjadi gempa juga hujan deras yang tak kunjung henti. Genggam erat tak terlepaskan hari itu, menyebrangi beberapa muara bersamaan dengan bermodalkan keberanian dan juga kebersamaan. Berjalan, menghadapi apa saja yang ada di depan menjadi pelajaran yang dapat saya ambil dari kegiatan masa bimbingan susur pantai ini. Setelah makan siang, kami melakukan navigasi darat dan kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai pada titik
finish. Kami bermain sambil menunggu Kang Petrus dan Kangkung menjemput.