CatatanCatatan Perjalanan SungaiHeadline

Finally Lampung

Oleh : Nursyifa Afati Mutizasari

“Pengembaraan Pengarungan dan Pemetaan, serta Penelitian Kualitas Air Sungai Way Semaka…. diterima.”

Rabu, 6 Februari 2019, pukul 12.55 WIB, berita acara Sidang Keberangkatan dibacakan. Apa yang dirasakan tim? Tidak perlu ditanyakan. Semua perasaaan campur aduk mewarnai sekretariat bersama siang itu. Bangga? Iya, pasti. Bahagia? Jangan ditanya. Ah, sudahlah, tidak bisa terdeskripsikan.

Apa yang ada di pikiran saya saat itu? Entahlah, pikiran saya beku seketika. Tangan saya menulis hasil sidang dengan berbagai pikiran yang sulit dituliskan dalam kata. Satu hal yang saya tahu, tim ini akan berangkat.

Bagus. Finally. Sejak Agustus, bukankah hari ini yang sangat dinanti? Jadi… selamat, saudara-saudaraku, kita berangkat. Setelah upacara pelepasan, kami berangkat meninggalkan Jatinangor. Gerbang Unpad terlihat syahdu sore itu. Semua tentang Jatinangor, terlihat manis. Gerimis yang mengantar kepergian ini, membuat pikiran saya melayang kemana-mana selama di perjalanan menuju Bandung. Kepada gerbang perbatasan Bandung-Sumedang, saya ucapkan, “Selamat Tinggal.”

Ucapan itu langsung diprotes pembimbing, “Bukan ‘selamat tinggal’, Syif, tapi ‘sampai jumpa’.”

Saya ulangi ucapan saya, “Sampai jumpa, Jatinangor.”

Dalam hati saya tambahkan, “Baik-baik ya, sampai aku kembali. Jangan ada apapun yang tidak diinginkan. Sampai jumpa di awal semester empatku. Dan bersahabatlah dengan semester empatku.”

Basecamp awal kami berada di rumah Kepala Pekon Karang Agung, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus. Basecamp itu terletak di dekat titik finish. Basecamp selanjutnya, berada di dekat titik start, yakni di Pekon Tugu Ratu, Kecamatan Souh, Kabupaten Lampung Barat.

Semua rangkaian pra-pengarungan kami lalui. Perjalanan, mengurus izin, survei darat, pemenuhan konsumsi, kami lakukan hingga pada hari Senin kami siap untuk memulai pengarungan.

Pengarungan hari pertama terasa… oh, ini flat, tapi arusnya sangat kencang. Ah, berbeda dari sungai-sungai yang sebelumnya kami gunakan untuk latihan dan simulasi. Ah, sungai ini keren juga. Way Semaka, terima kasih atas kejutan di hari pertama. Memang, sudah banyak yang bilang kalau sungai ini deras. Tapi, kami tidak menyangka akan sederas ini. Ah, luar biasa.

Oh iya, ada hal menarik sebelum pengarungan. Start kami berada di bawah jembatan.

Hari kedua pengarungan rasanya berbeda. Jika hari pertama cenderung flat, hari kedua dipenuhi jeram kontinu, sebelum akhirnya kembali flat. Pemetaan hari pertama tidak banyak, hari kedualah… it’s time to party! Saking kontinunya, pemetaan sempat terkendala. Rencana awal, kami melakukan pemetaan sebelum melewati jeram. Alhasil, jeram yang sedemikian rupa itu membuat kami tidak bisa memetakan dengan maksimal sebelum melalui jeram. Kami berganti cara main, kami petakan di awal, lalu dilengkapi di akhir. Bagus, cara itu sukses. Semua yang ingin kami petakan, sudah terpetakan.

Pengarungan yang menyenangkan, meski terkendala izin di kawasan PLTA. Terdapat PLTA baru di sana. Usianya masih muda sehingga mereka masih perlu banyak penyesuaikan untuk benar-benar berfungsi baik. Izin kami terkendala pun karena itu, mereka berkata bahwa PLTA ini belum stabil berdiri, masih banyak penyesuaian, mesih banyak hal yang mereka takuti.

Tidak semua hal terlalui sesuai rencana. Hidup memang begitu, bukan? Tapi tidak masalah, kami tetap bisa mengarung dengan bahagia dan selamat meski skip di lingkungan PLTA.

Pengembaraan usai di tanggal 16 Februari. Malam Minggu, kami tiba di sekretariat. Aih, Jatinangor lagi. Rindu? Iya. Tapi… baru sebentar ditinggal, saya sudah rindu Lampung. Kapan-kapan, kita jumpa lagi ya? Harus. Kita akan buat cerita yang jauh lebih menarik dari ini.

Akhir kata, untuk cerita ini… terima kasih, Gema Antari. Terima kasih atas semua ini, semua cerita pengembaraan sejak Agustus lalu. Semua yang bahkan belum  usai hingga tulisan ini usai ditulis.

Besok, kita lanjutkan perbincangan soal Saddang ya? Bagaimana? Mimpi itu masih ada, bukan?

Dan besok, ketika kita sudah makin dewasa, sudah menuju tahap hidup yang lebih serius, sudah meninggalkan Unpad dan pergi ke tempat lain untuk melanjutkan mimpi… kita bahas lagi ya, semua cerita tentang Lampung. Si Anggamus sepertinya suka dengan rumah barunya. Semoga dia baik-baik saja hingga hari itu tiba.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *